Ucapan Dasar : "Menjana Peneraju Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur"

Ucapan Dasar : "Menjana Peneraju Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur"
MOHD. HILMI RAMLI, Presiden PKPIM

Ucaptama Perasmian bertajuk "Memugar Idealisme Politik Baru di Kalangan Generasi Muda"

Ucaptama Perasmian bertajuk "Memugar Idealisme Politik Baru di Kalangan Generasi Muda"
Y.B. DATUK SAIFUDDIN ABDULLAH, Timbalan Menteri Pengajian Tinggi Malaysia

Kertas Kerja Utama "Kepentingan Memahami Peranan dan Sumbangan Islam Sebagai Teras Kenegaraan"

Kertas Kerja Utama "Kepentingan Memahami Peranan dan Sumbangan Islam Sebagai Teras Kenegaraan"
PROF. DR. WAN MOHD NOOR WAN DAUD, Felo Utama ATMA UKM

Kertas Kerja 1 : "Perpaduan Melayu lwn. Perpaduan Nasional?"

Kertas Kerja 1 : "Perpaduan Melayu lwn. Perpaduan Nasional?"
DR. SARJIT SINGH GILL, Pesyarah Kanan UPM

Kertas Kerja 2 : "Integriti dan Pembinaan Jatidiri"

Kertas Kerja 2 : "Integriti dan Pembinaan Jatidiri"
DATUK DR. MOHD TAP SALLEH, Presiden IIM

Kertas Kerja 3 : "Liberalisasi Ekonomi: Peluang dan Cabaran Generasi Muda"

Kertas Kerja 3 : "Liberalisasi Ekonomi: Peluang dan Cabaran Generasi Muda"
TN. HJ. ABD. MALEK AWANG KECHIL, Ketua Pengarah YaPEIM

SIDANG KHAS:HALATUJU NEGARA : ANTARA ASPIRASI PARTI POLITIK DAN ISEALISME GENERASI MUDA

SIDANG KHAS:HALATUJU NEGARA : ANTARA ASPIRASI PARTI POLITIK DAN ISEALISME GENERASI MUDA
Nasrullah Al-Ghifarry, Muhammad Faisal Abdul Aziz, Mohd. Syamsul Salleh

Moving forward to strengthen the position of Islam under the Federal Constitution

Jointly written by Hj. Mohamed Haniff Khatri Abdulla[1], Hj. Abdul Rahim Sinwan[2] and Azril Mohd Amin[3]

This paper intends to discuss the position of Islam within the Federal Constitution with regards to matrimonial disputes involving non-Muslim couples, married under the civil law, wherein one of the spouses converts to Islam. It will be proposed throughout this paper that the approach in resolving the nature of these disputes shall be by applying the necessary Syariah principles through the Syariah Court system, as opposed to the Civil law system. It will also be proposed that this approach is within the literal as well as spiritual intent of our Federal Constitution.

The first reference made would be Article 3 (1)[4] of the Federal Constitution, wherein Islam is stated as the religion of the Federation, but other religions may be practiced in peace and harmony in any part of the Federation. It is submitted that the phrase “Islam is the religion of the Federation” is not a symbolic statement. The Federal Constitution is not written for the purpose of a mere declaration.

The Constitution is written in order to be given life. It is an organic document which needs to be interpreted, applied and set to administer and serve the evolving needs of our society. It is a declaration and intention of the constitution of our country, that Islam as the religion of the Federation must be applied whenever permissible and applicable to allow Muslims to be governed by their Islamic laws. It should be noted, that this provision found in Article 3(1), is in no way against the rights of the non-Muslims of our country to practice their own religion pursuant to Article 11(1).

The real meaning and application of Article 3(1) has been clarified on various occasions by our courts. First and foremost, the High Court decision in Meor Atiqulrahman v Fatimah Sihi and others[5], reported in 2000, wherein the then Justice Mohd Noor Abdullah stated;

Islam ialah ugama bagi persekutuan tapi ugama-ugama lain boleh diamalkan dalam aman dan damai. Islam adalah ugama utama di antara ugama-ugama lain yang dianuti di negara seperti Kristian, Buddha, Hindu. Islam bukan setaraf dengan ugama lain. bukan duduk berganding bahu dengan agama lain atau berdiri sama sama tegak. Ia duduk di atas, berjalan dahulu, terletak di tempat medan, dan suaranya lantang kedengaran. Islam ibarat pokok jati. Tinggi, teguh, dan terang. Jika bukan sedemikian, Islam bukanlah ugama bagi persekutuan, tetapi adalah salah satu di antara beberapa ugama yang dianuti di wilayah ini, dan setiap orang sama-sama bebas mengamalkan mana-mana ugama yang dianuti. Tiada lebih di antara satu sama lain.”

This decision of the High Court undeniably was overruled by the Court of Appeal and thereafter by the Federal Court. However, that above-quoted portion of the High Court judgment was never reversed or expunged. In fact the decision of the Court of Appeal and the Federal Court was based on some other issues independent to the position of Islam vis-à-vis Article 3(1).

Then Abdul Hamid, the Federal Court Judge decided the issue in that case[6], i.e. whether or not a Muslim boy can wear the serban to school, on his finding as to whether wearing a serban is a prescribed sunnah under the Islamic principles. His Lordship on his own volition and conclusion decided that wearing a serban is not a prescribed sunnah. Hence he decided that it was not a religious duty or obligation under any Islamic principles for a Muslim boy to put on a serban to school. In no way did the Federal Court (and even the Court of Appeal) decide that the High Court judgement on the position of Islam vis-à-vis article 3(1) was incorrect. In fact, the very reason that the Federal Court had to go into its own finding as to whether wearing a serban is a sunnah or not itself, is opined, is due to the recognition of the Federal Court as to the position of Islam under article 3(1).

Secondly, even in the case of Lina Joy v Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan[7], the then Chief Justice, Yang Amat Arif Tun Ahmad Fairus said:

“Islam itu bukan sahaja suatu himpunan dogma-dogma dan ritual-ritual tetapi ianya juga suatu cara hidup yang lengkap merangkumi semua bidang aktiviti manusia, persendirian dan awam, perundangan, politik, ekonomi, sosial, budaya, moral atau kehakiman etc”

In fact, his lordship found strength on the position of Islam by referring to a portion of the controversial decision of Che Omar bin Che Soh vs PP[8], in which case even Tun Salleh Abbas in a portion of that judgment did recognize that Islam is a complete way of life. However, Tun Salleh Abas, unfortunately then went on to make certain glaring errors in his judgment which shall be addressed later in this discussion.

http://thereflectiveheart.wordpress.com/2009/06/12/moving-forward-to-strengthen-the-position-of-islam-under-the-federal-constitution/




ISLAM DALAM SEJARAH & KEBUDAYAAN MELAYU : SYARAHAN PROF. NAQUIB AL-ATTAS

Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu / 1
Yang Mulia Tun Chanselor,
Para Ahli Majlis Universiti,
Para Ahli Senat Universiti,
Para Professor, Pensharah Kanan, Pensharah dan Penolong Pensharah,
Para Mahasiswa,
Para Tetamu Kenamaan,
Dan Para Hadhirin yang dihormati sekalian!

I
Voltaire pernah berkata bahwa fakta2 sejarah yang bersifat runchitan dan yang tiada membawa kepada sesuatu matlamat merupakan kepada sejarah sebagaimana barang2 angkutan
merupakan kepada tentera–yaitu sebagai beban rintangan belaka; kita harus memandang sejarah dengan pandangan semesta, justru sebab akal insan itu sedemikian kechilnya sehingga jikalau dibebani fakta2 yang be-runchit2 itu nischaya akan tertindislah ia.
Meskipun tilikan fakta2 yang terpenchil itu menunjukkan dan menyatakan perkara-perkara yang benar berlaku dalam sejarah, namun jikalau dilihat dari sudut hiasan permandangan alam sejarah maka fakta2 itu menjadi palsu pula dan merupakan se-akan2 antinomi dalam falsafah sejarah. Kita harus menganggap fakta2 yang sedemikian
itu sebagai perkataan2 yang disusun dalam kamus; sungguhpun tiap sesuatu daripadanya menjelaskan kebenaran maknanya, akan tetapi pada keseluruhannya ia tiada mengandung makna sebab penyusunannya hanya berdasarkan pada giliran huruf2nya dalam abjad, bukan pada mempersangkut-pautkan konsep2 perkataan2 penting yang dapat
menayangkan suatu gambaran mengenai pandangan hidup masharakat yang menggunakan bahasa yang diperkamuskan itu. Maka ibaratnya samalah seperti kiasan yang pernah digunakan oleh Macaulay peri pengalaman pengembara Gulliver di negeri Brobdingnag yang didiami oleh manusia2 tinggi-besar seperti raksasa.
Syed Muhammad Naquib al-Attas /

2
Dari jauh gadis2 Brobdingnag terlihat sungguh jelita pada pandangan Gulliver, namun demikian bilamana ditatapnya wajah gadis2 itu dari dekat nyatalah dengan jelas urat2 darah pada mata dan pipi sigadis itu, serta lubang2 roma yang bertaburan meliputi parasnya. Alangkah palsunya penglihatan ini! Kita tahu bahwa apabila Basuki Abdullah
melukis wajah seorang gadis jelita, tiada akan se-kali2 dilukisnya juga urat-urat darah pada mata dan pipinya, dan lubang2 roma meliputi parasnya. Jikalau dilukisnya demikian, maka lukisan itu bukan sahaja akan membawa rasa-chita yang kurang sedap, bahkan akan menggambarkan pandangan yang palsu melulu-melainkan jikalau lukisan itu
dipersesuaikan dengan ukuran dan jarak pandangannya yang saksama pula. Demikianlah juga halnya dengan sejarah. Sebagaimana jumlah hakikat wajah gadis jelita tiada dapat direnungkan sebagai betul2 benar, begitu jugalah jumlah hakikat dan fakta2 sejarah tiada dapat ditilik sebagai betul2 menayangkan keadaan yang benar2 berlaku. Dengan ini jelaslah juga bahwa sungguhpun kajian2 yang bersifat mikro atapun
yang be-runchit2 itu ada gunanya dalam pentafsiran sejarah, namun bagaimanapun, adalah lebih utama bagi melaksanakan tafsiran yang saksama untuk mengemukakan hasil renungan ilmiah yang meliputi pandangan yang lebih besar. Andaikata penulisan sejarah itu harus ditumpukan pada pengkajian fakta yang ber-sifat runchitan, andaikata sejarah itu harus membayangkan segala hal sehingga termasuk kejadian
yang kechil2 dalam penghidupan insan, andaikata sejarah itu harus merupakan penulisan seluruh fakta2 dengan sechara mutlak atau absolut, justru tiada mungkin akan terchapai hasrat insan untuk mentafsirkan sejarah. Daya yang demikian itu tiada mungkin akan dapat dichapai, sebab tentu akan membawa pengertian bahwa segala hal yang berlaku termasuk perbinchangan2, perchakapan2, tindakan2 dan tiap2 perbuatan lain yang dilakukan insan haruslah juga dichatat dan dilaporkan serta ditafsirkan. Jangankan menulis sejarah suatu negara, bahkan sejarah suatu kampung yang meliputi jangka masa satu minggu-pun tiada dapat kita tulis dengan sepenuh-lengkapnya, dan
jikalau seki-ranya dapat sekalipun ditulis segala yang berlaku dalam suatu kampung dalam masa seminggu, maka penulisan itu justru akan memenuh-padatkan ruang gedung Parlemen. Sejarah yang melaporkan segala hal yang berlaku atau telah berlaku tiada akan menggambarkan kejadian dan keadaan yang benar berlaku. Bahwasanya Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu /

3
ternyatalah konsep tugas seorang ahli sejarah itu bukanlah mengkaji, men-chatat, dan melaporkan segala hal yang terjadi dalam meriwayatkan dan mentafsirkan kehidupan dan nasib sesuatu bangsa; akan tetapi ia harus memilih apa yang hendak dikajinya, ia harus mengasingkan apa yang hendak dichatatnya dari bahan2 tiada terbatas itu, ia harus merumuskan apa yang hendak dilaporkannya dengan tujuan bagi menayangkan gambaran yang terdiri daripada sifat2 tertentu yang akan merupakan hakikat bangsa itu. Bahwa sesungguhnyalah sharahan ini bertujuan untuk memajukan satu renungan ilmiah yang luas mengenai peristiwa perabadan dalam sejarah Kepulauan Melayu-Indonesia. Apabila kita tinjau luasan alam sejarah insan dari abad datang kezaman, akan kita dapati sekalisekali suatu pergolakan hebat yang merobah nasib suatu bangsa dan daya sejarah bangsa itu, sehingga perubahan itu menandakan suatu zaman baru. Pengertian ‘zaman baru’ itu ialah suatu zaman yang mempunyai chiri2 yang penting dan yang bersifat persendirian serta berlainan dengan sifat2 zaman yang lampau, zaman yang menayangkan pandangan hidup yang berbeda daripada yang lampau, zaman yang menubuhkan bukan sahaja rupa baru bahkan juga jiwa baru. Pada kebiasaannya dalam penulisan sejarah Kepulauan Melayu-Indonesia perbandingan2 yang direkakan oleh para sarjana dan ahli sejarah Barat mengenai kiasan2 yang berlaku dalam sejarah adalah
perbandingan dengan sejarah benua India, yang dianggap oleh mereka se-olah2 mewujudkan segara peristiwa sejarah kita. Dalam sharahan ini izinkanlah saya membuat perbandingan dan memberikan kiasan yang tiada berdasarkan pandangan terhadap sejarah benua India. Saya akan menolehkan pandangan saya kepada sejarah Eropa pada takat sebelum timbulnya keadaan baru yang menerbitkan Abad Pertengahan sejarah itu, dan dalam pada itu juga akan mengemukakan pandangan2 mengenai pengaruh terbitnya Islam terhadap penjelmaan


Abad Pertengahan di Eropa.

Memang telah diakui oleh beberapa orang sarjana dan ahli sejarah Eropa yang terkenal bahwa kedatangan Islam kedunia Timur dan kebeberapa tempat di Eropa serta hubungan fikiran dan lain2 yang berlaku sebagai akibatnya itu justru telah menimbulkan pengaruh aliran baru dalam pandangan hidup orang Eropa. Terbitnya Islam telah diSyed
Muhammad Naquib al-Attas /

4
anggap sebagai membimbing kearah suatu zaman baru, membawa permulaan suatu zaman yang disebut zaman moden, bukan sahaja dalam sejarah Eropa tetapi juga dalam sebahagian besar sejarah dunia yang terpengaruh olehnya. Zaman moden itu disebut ‘moden’ sebab ilmu pengetahuannya berdasarkan rasionalisma atau pengetahuan akliah, dan sistim masharakatnya mementingkan kebebasan orang perseorangan atau kepribadian insan dari genggaman keperchayaan yang tiada rasional, sedangkan zaman yang bukan moden itu berdasarkan seni yang membantu membelenggu masharakat dengan keperchayaan takhyul.

Perbedaan ini, diantara lainnya, menjadi perbedaan utama antara sifat2 zaman moden dan yang bukan moden. Dengan istilah ‘seni’ dalam perbincangan ini dimaksudkan suatu chabang falsafah yang menumpukan pemikiran dan perasaan pada yang indah atau chantik,
ataupun kepada keindahan atau kechantikan, terutama sekali dalam bidang kesenian. Selain dari itu chabang falsafah yang disebut seni itu lebih sibut berupaya dalam hal2 yang mengenai taraf dan nilai perihal menikmati kesenian. Yang saya maksudkan dengan rasionalisma, dengan pengetahuan akliah, ialah suatu chara-gaya falsafah yang
berdasarkan pengkajian alam semesta mengikut daya tatatertib akal. Tiada akan meliwati batas jikalau kita bandingkan pengaruh kedatangan Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia dengan pengaruh Islam di Eropa pada abad keenam dan abad ketujuh Masihi. Sebagaimana di Eropa seni mengambil peranan utama sebelum pengaruh Islam, kita lihat didaerah Kepulauan Melayu-Indonesia pun seni menjadi dasar hidup dizaman Hindu-Buddha; sebagaimana zaman moden terpimpin masuk oleh pengaruh Islam mewujudkan suasana baru di Eropa, demikian jugalah kedatangan Islam kedaerah Kepulauan Melayu-
Indonesia menandakan kedatangan zaman baru dan permulaan zaman
moden.

II

Menurut Henri Pirenne, seorang sarjana sejarah Eropa yang terkenal dalam bidang teori tentang perabadan sejarah Eropa, proses sejarah yang memulakan penjelmaan semangat Abad Pertengahan di Eropa bukanlah sesungguhnya disebabkan oleh akibat kedatangan golongan Kaum Biadab yang terdiri daripada sukubangsa Jerman, yang
Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu /

PKPIM ANJUR KONGRES PELAJAR DAN PENEGASAN TERAS-TERAS KENEGARAAN 2009

SIARAN MEDIA

PERSATUAN KEBANGSAAN PELAJAR ISLAM MALAYSIA (PKPIM)

21 JULAI 2009

PKPIM ANJUR KONGRES PELAJAR DAN PENEGASAN TERAS-TERAS KENEGARAAN 2009

Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) dengan kerjasama Institut Integriti Malaysia (IIM) akan menganjurkan Kongres Pelajar Dan Penegasan Teras-Teras Kenegaraan 2009 bersempena dengan Majlis Perhimpunan Agung Tahunan PKPIM ke-48 dengan tema ”Menjana Peneraju Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur” pada 8 Ogos 2009 (Sabtu) bertempat di Wisma Belia, Kompleks MAYC, 40, Jalan Syed Putra, 50460 Kuala Lumpur.

Penyertaan kongres adalah terbuka kepada umum khususnya di kalangan para pimpinan pelajar sekolah, pimpinan mahasiswa institut pengajian tinggi, pimpinan institusi dan badan bukan kerajaan serta pegawai kerajaan dan pembuat dasar.

PKPIM merasakan bahawa penganjuran kongres ini adalah bertepatan dengan masanya ketika Malaysia sedang mencari kestabilan hala tuju pasca tsunami politik Pilihanraya Umum ke 12 dan peralihan pucuk pimpinan negara. Tambahan pula dengan isu-isu semasa yang melingkari sosio-politik Malaysia dalam tempoh masa itu, telah menguji kematangan Malaysia untuk hidup di atas bebanan sejarah dan impian masa hadapan. Sekiranya tidak dipandu dengan pemahaman dan penghayatan yang jelas dan benar akan teras-teras kenegaraan yang telah menjadi tiang-tiang penegak Malaysia sebagai sebuah negara merdeka hari ini, maka adalah dikhuatiri perubahan sosio-politik yang berlaku menatijahkan bencana yang lebih buruk.

Maka itu, objektif penganjuran kongres ini adalah untuk memberi makna dan kefahaman yang jelas akan teras-teras kenegaraan di dalam mendepani isu semasa yang melingkari sosio-politik Malaysia hari ini dan akan datang. Di samping itu, kongres ini juga bertujuan merintis usaha transformasi Malaysia ke arah kehidupan bernegara yang lebih baik untuk seluruh rakyatnya. Kongres ini juga bertujuan untuk mewujudkan wadah penyampaian dan perbincangan untuk penghayatan makna dan perkaitan antara slogan ‘Satu Malaysia’ dan gagasan ‘Politik Baru’. Kongres ini diharapkan dapat menghasilkan gagasan baru melalui pembinaan pemikiran dan pengupayaan kemahiran generasi muda sebagai panduan buat generasi muda hari ini sebagai penerus kesinambungan kehidupan negara Malaysia.

Kongres ini akan dimulakan dengan Ucapan Dasar bertajuk “Menjana Peneraju Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur” yang akan disampaikan oleh En. Mohd. Hilmi Ramli, Presiden PKPIM.

Seterusnya, Y.B. Datuk Saifuddin Abdullah, Timbalan Menteri Pengajian Tinggi Malaysia akan menyampaikan Ucap Utama bertajuk “Membugar Idealisme Politik Baru di Kalangan Generasi Muda” sekaligus merasmikan kongres ini dan melancarkan buku terbitan PKPIM berjudul “PKPIM: Sejarah dan Perjuangan Lima Dasawarsa (1961-2011)”.

Empat kertas kerja yang akan dibentangkan di dalam kongres ini adalah seperti berikut;

1. ”Kepentingan Memahami Peranan dan Sumbangan Islam dalam Pembinaan Teras Kenegaraan”

Oleh: Y.Bhg. Prof. Dr. Wan Mohd. Noor Wan Daud, Felo Utama ATMA UKM

Pengulas: Dr. Mohd. Farid Mohd. Shahran, Timbalan Dekan IRK UIAM

2. ”Perpaduan Melayu lwn. Perpaduan Nasional?”

Oleh: Dr. Sarjit Singh Gill, Pensyarah Kanan UPM

Pengulas: 1. En. Markus Lim Han King, Penyelidik INSAP

2. En. Khairul Anuar Musa, Exco PKPIM

3. ”Integriti dan Pembinaan Jatidiri”

Oleh: Datuk Dr. Mohd. Tap Salleh, Presiden IIM

Pengulas: 1. En. Wan Ahmad Fayhsal, Koordinator Kampus TERAS

2. En. Hasnul Hanif Harun, Naib Presiden PKPIM

4. ”Liberalisasi Ekonomi: Peluang dan Cabaran Generasi Muda”

Oleh: Tn. Hj. Abd. Malek Awg. Kechil, Ketua Pengarah YAPEIM

Pengulas: 1. En. Daniel Alexander, TAC

2. En. Ahmad Fahmi Mohd Samsudin, Exco PKPIM

Kongres ini ditutup dengan Sidang Khas Generasi Muda yang membariskan En. Muhammad Faisal Abdul Aziz, Naib Presiden PKPIM, En. Mohd. Syamsul Salleh, YDP MPP UPM merangkap Jurucakap MPPK dan En. Nasrullah al-Ghiffary, Presiden Pelajar Islam Indonesia (PII) yang akan membicarakan tajuk “Antara Aspirasi Parti Politik dan Idealisme Generasi Muda”.

PKPIM optimis untuk menjadikan kongres ini sebagai satu batu loncatan untuk Malaysia terus maju mengejar impian masa hadapan tanpa melupakan apatah lagi meminggirkan bebanan sejarah yang membentuk jatidiri kita sebagai sebuah bangsa merdeka Negara Malaysia.

Untuk urusan penyertaan atau maklumat tambahan, boleh diajukan kepada En. Abu Qasim Nor Azmi (019-356 5805), Cik Sakinah Budiman (013-212 4590) atau hubungi terus Sekretariat PKPIM Pusat di talian 03-6184 2286 atau emel, pkpim_spp@yahoo.com. Perkembagan dari semasa ke semasa boleh didapati di blog rasmi kongres ini di alamat http://kongres-pkpim.blogspot.com.

Oleh:

KHAIRUL ANWAR SHAZALI

Setiausaha Agung PKPIM

Merangkap;

Pengerusi Jawatankuasa Induk

Majlis Perhimpunan Agung Tahunan ke 48 dan

Kongres Pelajar Dan Penegasan Teras-Teras Kenegaraan 2009

013-895 0345 / anwarshazali@yahoo.com


Maklumat Kongres

PENGANJUR
Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) dengan kerjasama Institut Integriti Malaysia (IIM)

TEMA
Menjana Peneraju Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur

TARIKH
8 Ogos 2009 (Sabtu)

TEMPAT
Wisma Belia, Kompleks MAYC, 40, Jalan Syed Putra, 50460 Kuala Lumpur

SASARAN PESERTA
1. Pimpinan pelajar sekolah

2. Pimpinan Mahasiswa Institut Pengajian Tinggi

3. Pimpinan Institusi dan Badan-Badan Bukan Kerajaan

4. Pegawai-Pegawai Kerajaan dan Pembuat Dasar

Objektif Kongres

1. Memberi makna dan kefahaman yang jelas akan teras-teras kenegaraan di dalam mendepani isu semasa yang melingkari sosio-politik Malaysia hari ini dan akan datang.

2.
Merintis usaha transformasi Malaysia ke arah kehidupan bernegara yang lebih baik untuk seluruh rakyatnya.

3. Mewujudkan wadah penyampaian dan perbincangan untuk penghayatan makna dan perkaitan antara slogan ‘Satu Malaysia’ dan gagasan ‘Politik Baru’.


4. Menghasilkan
gagasan baru melalui pembinaan pemikiran dan pengupayaan kemahiran generasi muda sebagai panduan buat generasi muda hari ini sebagai penerus kesinambungan kehidupan negara Malaysia.

Pendaftaran Peserta

Untuk penyertaan, sila daftarkan diri kepada;

En. Abu Qasim Nor Azmi : 019-356 5805

En. Ahmad Fahmi Samsudin : 0132226925

Cik Sakinah Budiman : 013-212 4590

Rayuan Sumbangan dan Tajaan

PKPIM turut mengalu-alukan sebarang sumbangan dan tajaan untuk membantu penganjuran kongres ini. Sebarang sumbangan kewangan boleh disalurkan atas nama;

Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM)
Akaun Bank Muamalat (Jalan Melaka): 14010000890717

PKPIM dahulukan dengan ucapan terima kasih di atas sumbangan yang diberikan. Semoga sumbangan yang diberikan akan dikira sebagai amal jariah di sisi Allah s.w.t. yang pahalanya kekal dihitung sehingga akhir masa.

Pengikut

Sekretariat Kongres PKPIM

Lot 2965, Jalan Kampung Tengah 7, Kampung Tengah, Batu 6 1/2, Jalan Gombak, 53100 Kuala Lumpur.

Tel
: 03-6184 2286
Faks
: 03-6184 2285
Emel: pkpim_spp@yahoo.com

Kongres Anjuran PKPIM Sejak 1961

1) Seminar Pelajar- Pelajar Islam Se- Malaysia 4 september 1960- Penubuhan bersejarah PKPIM

2) Persidangan Guru- Guru dan Pelajar- Pelajar Persekutuan Tanah Melayu 1965

3) Kongres Kemajuan Islam Se- Malaya 1967- Kertas keja pertama penubuhan universiti Islam

4) Kongres Universiti Islam 3- 7 Ogos 1971- Perbincangan rasmi penubuhan universiti Islam dan penubuhan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)

5) Kongres Pelajar Islam Se- Malaysia 14- 16 November 1987- Merayakan sambutan Jubli Perak PKPIM (25 tahun)

6) Kongres Pelajar Islam Se- Malaysia Ke-II 1989- Pelancaran Gerakan Pembinaan Generasi Abad 21

7) Seminar Gerakan Pelajar Islam Asia Tenggara dan Simposium Keperihatinan Masalah Pelajar 22- 24 Disember- Penubuhan semula PEPIAT berjaya dilaksanakan

8) Persidangan Antarabangsa IIFSO 1989- Berjaya menghimpunkan ratusan pemimpin gerakan Islam berkampung di Malaysia

9) Kongres Reformasi Pendidikan 1993

10) Seminar Serangan Budaya Hedonistik Menjelang Abad 21 24 Julai 1994- Menjentik kesedaran masyarakat ancaman budaya hedonistik

11) Seminar Cabaran Pengkorporatan IPT 1995

11) Kongres Mahasiswa Kebangsaan 1998- Permulaan kerjasama PKPIM, GAMIS dan UKEC

12) Konvensyen Mahasiswa Nasional 2001- 2005- Kerjasama dengan DBP selama 4 tahun berturut, termasuk desakan awal PKPIM menolak PPSMI pada 2003

13) Seminar Manhaj Malizi 2007

14) Kongres Pelajar dan Penegasan Teras- Teras Kenegaraan 2009

PKPIM 60an

PKPIM 60an

PKPIM 60an

PKPIM 60an

PKPIM 70an

PKPIM 70an
Saf kepimpinan PKPIM 1969- 70

PKPIM 70an

PKPIM 70an
Mesyuarat Agung Tahunan

PKPIM 80an

PKPIM 80an
Seminar Menangani Budaya Hedonistik

PKPIM 80an

PKPIM 80an
Muzakarah Mengembalikan Wibawa PKPIM- ABIM

PKPIM 90an

PKPIM 90an
Kongres Reformasi Pendidikan 1990

PKPIM 90an

PKPIM 90an
Majlis Perhimpunan Agung Tahunan ke- 40

PORTAL PKPIM | Hidup Biar Berjasa

JavaScript Free Code